“Dari Anas ra, dia berkata, ‘Rasulullah saw bersabda, ‘Jangan putus-memutus hubungan, jangan belakang-membelakangi, jangan benci-membenci, dan jangan hasud menghasud. Jadilah kamu hamba Allah sebagai saudara, dan tidak dihalalkan bagi seorang Muslim mendiami saudara sesama Muslimnya lebih dari tiga hari.’” (Muttafaqun ‘alaih)
Untuk mewujudkan persatuan dalam masyarakat, kita perlu melakukan upaya-upaya sosial yang harus ditanamkan dalam keseharian kita.
Diantaranya adalah mampu menjaga perasaan dengan orang-orang di sekitar kita, baik dengan sesama anggota keluarga, tetangga, kolega, dan semua orang yang kita temui.
Tentunya sebagai sesama Muslim kita dituntut untuk saling menjaga perasaan satu sama lain.
Tidak iri jika ada saudaranya memperoleh nikmat, tidak mudah terprovokasi satu sama lain, tidak merendahkan saudara Muslim yang memiliki keterbatasan, dan sebagainya.
Selain itu, upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk menjaga persatuan adalah dengan menjalin kepekaan sosial.
Hal ini bisa dilakukan dengan saling memahami satu sama lain. Contoh-contoh yang bisa kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari seperti menjenguk saudara Muslim yang sakit, meminjaminya ketika sedang butuh, berbagi makanan jika kita memiliki makanan berlebih, dan sebagainya.
Rasulullah sendiri mengibaratkan antara satu Muslim dengan Muslim yang lainnya bagaikan anggota badan dalam satu tubuh.
Selanjutnya, sebagai manusia biasa, tentu kita idak luput dari yang namanya salah dan dosa.
Oleh sebab itu, demi menjaga kerukunan selajutnya upaya yang dapat dilakukan yakni dengan saling memaafkan.
Dengan membiasakan diri untuk dapat memaafkan rang lain, kenyamanan akan tercipta antara satu sama lain dan menimbulkan pula rasa nyaman.
مَا مِنْ مُسْلِمَينِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أنْ يَفْتَرِقَا
Artinya “Setiap dua orang Muslim bertemu dan berjabat tangan, niscaya dosa keduanya diampuni sebelum mereka berpisah.” (HR Abu Dawud).