KRL Jogja-Solo Berikan Manfaat Ekonomi

- Selasa, 9 Februari 2021 | 18:09 WIB
Ilustrasi KRL Jogja-Solo (Istimewa)
Ilustrasi KRL Jogja-Solo (Istimewa)

AYOYOGYA.COM -- Kehadiran KRL Jogja-Solo tak hanya memberikan peningkatan aksesibilitas dan memudahkan integrasi dalam bertransportasi.

Namun, akan memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi warga di Jogja, Klaten dan Solo. Pemda yang dilewati mestinya betul-betul dapat memanfaatkan keberadaan moda transportasi ini sebagai peluang meningkatkan perekonomian di daerahnya.

Warga Jogja, Klaten dan Solo akan memiliki layanan Kereta Rel Listrik (KRL) seperti yang ada di Jabodetabek. Tanggal 10 Februari 2021 merupakan salah satu hari bersejarah operasi kereta di lintas Jogja-Solo, pertama kali beroperasi KRL secara komersial. Setelah beberapa waktu sebelumnya dilakukan masa uji coba.

KRL merupakan kereta rel yang bergerak dengan sistem propulsi motor listrik. Di Indonesia, kereta rel listrik beroperasi di Kawasan Jabodetabek, dan merupakan kereta yang melayani para komuter (penglaju). Saat ini sudah mampu mengangkut 1,2 juta penumpang per harinya. Namun di masa pandemi ada pengurangan kapasitas angkutnya.

Pada zaman Hindia Belanda, kereta rel listrik pertama kali digunakan untuk menghubungkan Batavia dengan Jatinegara atau Meester Cornelis tahun 1925. Pada waktu itu digunakan rangkaian kereta rel listrik sebanyak 2 kereta, yang bisa disambung menjadi 4 kereta, yang dibuat oleh Werkspoor dan Heemaf Hengelo.

Sebelumnya, lintas Kutoarjo-Jogja-Solo dilayani KA Prameks. Untuk lintas Jogja-Solo singgah di 6 stasiun, yaitu Stasiun Kutoarjo, Stasiun Tugu, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Maguwo, Stasiun Klaten, Stasiun Purwosari dan Stasiun Solo Balapan.

Setelah ada pelayanan KRL Jogja-Solo akan singgah di 11 stasiun elektrifikasi, yaitu Jogja, Lempuyangan, Maguwo, Brambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Gawok, Purwosari, Solo Balapan. Ada tambahan 6 stasiun untuk disinggahi. Selanjutnya, KA Prameks hanya melayani lintas Kutoarjo-Jogja.

Untuk kelancaran operasional KRL Jogja Solo dibutuhkan lima sumber daya PLN dan delapan gardu listrik. Sementara, persiapan pengoperasian elektrifikasi JogjaSolo, ada sejumlah perlintasan sebidang yang sudah rambu WCM (Wire Caution Marker) atau rambu penanda listrik aliran atas, terpasang 108 WCM.

Elektrifikasi lintas Jogja-Solo membutuhkan biaya Rp 1,2 triliun selama dua tahun anggaran. Rata-rata Rp 50 miliar per km. Proses pembangunan KRL JogjaSolo dimulai 2011 dengan dilakukan Studi Kelayakan Pembangunan Elektrifikasi Lintas Kutoarjo–JogjaSolo. Selanjutnya tahun 2012 dilakukan Detail Engineering Design. Tahun 2019 dimulai pekerjaan konstruksi Pembangunan Elektrifikasi Segmen Stasiun Tugu Jogja – Stasiun Klaten. Berikutnya tahun 2020, pengoperasian elektrifikasi segmen Stasiun Tugu Jogja – Stasiun Klaten dan pembangunan segmen Stasiun Klaten – Stasiun Solo Balapan. Tahun 2021 mulailah pengoperasian elektrifikasi Lintas JogjaSolo Balapan.

Selama masa pembangunan tentunya ada sejumlah tantangan, seperti banyaknya jaringan kabel listrik yang melintas di jalur KA, adanya penertiban lahan di jalur simpang di Stasiun Klaten, perubahan desain track layout empalsemen Stasun Solo Balapan, pengadaan material impor jadi terlambat saat pandemi Covid-19.

Harapan dengan pengoperasian KRL ini adalah meningkatkan pelayanan jasa angkutan penumpang KA, meningkatkan keselamatan lalu lintas perjalanan KA, meningkatkan pelayanan aksesibilitas dan mobilitas antar moda serta keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa, kinerja pengoperasian yang lebih baik, bebas polusi udara dan suara, kapasitas penumpang dapat lebih banyak. Selain itu dapat juga meningkatkan jumlah pelancong domestik dan mancanegara untuk menikmati potensi wisata di sekitar Jogja, Klaten dan Solo.

SoloJogja yang dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 50 menit dengan jalur darat. Dengan KRL Jogja Solo (60 kilometer), akan ditempuh dalam 1 jam 8 menit (68 menit). Berarti perjalanan dengan KRL Jogja Solo akan menghemat waktu sekitar 34 menit.

Warga Klaten akan semakin besar peluang untuk menikmati layanan kereta komuter ini. Pasalnya, enam stasiun kecil yang selama ini dilewati KA Prameks, sekarang aktifkan kembali untuk melayani penumpang yang akan menggunakan KRL. Ke enam stasiun itu terakses dengan jaringan angkutan pedesaan.

Sayangnya, sekarang angkutan pedesaan di Klaten mati suri dan bahkan sulit untuk bangkit kembali tanpa ada pertolongan dari pemerintah. Sesungguhnya Kab. Klaten sangat memerlukan pelayanan angkutan pedesaan. Terutama dengan adanya KRL dan dibukanya 6 stasiun di Kab Klaten.

Halaman:

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Terkini

Peringatan HUT Kota Jogja dan Hegemoninya

Senin, 10 Oktober 2022 | 11:30 WIB

Sebuah Catatan Tentang Haul 5 Ulama DPW PKB DIY

Jumat, 22 April 2022 | 14:00 WIB

Catatan Sederhana Muktamar PBNU di Mata Mahasiswa

Senin, 27 Desember 2021 | 19:00 WIB

Peran Sekolah dalam Membumikan Literasi 

Kamis, 9 September 2021 | 15:09 WIB
X